bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Selasa, 27 September 2011

IN LOVE


Hari itu sungguh tak terduga. Siapa menyangka saya jatuh cinta pada seorang penjual susu keliling hanya karena ia adalah laki-laki yang melempar saya menjauh ke pinggir jalan agar mobil brutal tidak menabrak tubuh saya. Pagi itu awal pertemuan saya dengannya. Lecet kaki dan tangan saya karena jatuh di trotoar, tapi sungguh saya beruntung, karena dia, saya tidak jadi mati di hari itu.

Siapa menyangka juga kalau ternyata dia anak mampu yang mengumpulkan uang dengan cara anak muda dengan menjual susu hangat setiap pagi sebelum berangkat ke SMA. Kalian akan takjub untuk apa uang yang akan ia kumpulkan. Kado pernikahan untuk kedua orang tua yang sangat ia cintai.


Dan setelah hari itu banyak hal-hal tak terduga lainnya. Dia adalah anak angkat dan kedua adiknya pun juga diangkat oleh kedua orang tuanya. yah, apapun itu, yang sudah jelas, adalah hari setelah setahun lulus kuliah. kami menikah dan tahun berikutnya kami bercerai. Hingga setahun setelah perceraian, hubungan kami masih sangat baik dan sering bertemu sekedar makan bersama, menonton film atau saling curhat tentang keluh kesah setiap hari. Saya tidak tahu, hubungan seperti apa yang tengah kami jalani. Untuk apa menikah? Untuk apa bercerai? saya hanya menanyakan itu pada hati saya sendiri.

Saya tidak pernah tenang ketika mengetahuinya tengah sakit di rumah, bahkan hanya ketika ia bersin dan kedinginan ketika bertemu. Ingin rasanya memanggilkan dokter, atau mengusap kepalanya seperti dulu. Tapi selalu mengomelinya ketika bertemu dalam keadaan begitu. Saya pun cemas jika hatinya gundah karena pekerjaannya, dia akan tidak berhati-hati dalam perjalanan, karena ketika gundah, pikiran dan badannya tidak menyatu. itu jelas akan berbahaya baginya.

beberapa bulan kemudian, dia mengenalkan saya pada seorang laki-laki muda yang berprofesi sebagai pengacara. Betapa aneh mendengar cerita laki-laki muda itu, kalau ia menyukai saya sudah selama empat tahun. Yang paling aneh adalah ketika ia berkata bahwa kami hanya bertemu dua kali selama itu. pertemuan kedua adalah di hari pernikahan saya dengan mantan suami saya dua tahun lalu. Laki-laki muda itu tidak sempat mengatakan pertemuan pertama saya dengannya. Dia sangat ingin sekali saya mengingatnya sendiri. bagaimana bisa? Saya merasa baru pertama kali bertemu dengannya ketika perkenalan bersama mantan suami saya di hari itu.

Sejak hari perkenalan itu, saya makin jarang bertemu dengan mantan suami saya, karena laki-laki muda itu terus saja mengganggu saya seperti siput yang menempel di dinding. Gelora anak muda saya pikir. Tapi caranya justru membuat saya jatuh pada akhirnya. Saya memutuskan mencoba menerima saya untuk mendekati saya. Entah mengapa, keputusan itu dibuat setelah mengetahui bahwa mantan suami saya tengah mendekati seorang asisten salah seorang teman mengajarnya di kampus.

Laki-laki muda yang penuh perhatian dan kasih sayang. Ia juga sangat mengerti bagaimana cara melindungi dan menghormati perempuan. pekerjaannya mapan, keluarga besarnya pun penuh cinta. Dan saya menjadi tahu mengapa laki-laki muda yang jatuh cinta pada saya itu tumbuh menjadi laki-laki yang sempurna di mata saya. hingga pada akhirnya saya memutuskan menikah untuk kedua kalinya.

sangat lucu sebulan kemudian. Saya dan seluruh keluarga dikejutkan dengan kenyataan yang sangat tidak masuk akal. Suami saya didiagnosa mengalami kanker pankreas. Empat bulan setelah itu, tubuhnya makin tak bisa menahan sakit. Tuhan menyayangiNya dengan menghentikan sakitnya dan menempatkan ia di surga. Amin. Saya berharap itu. Setidaknya setelah melihat banyak air mata yang mengalir untuknya ketika pemakamannya, atau melihat panti-panti dan rumah singgah yang ia dirikan selama tujuh tahun ini.

Tiga bulan sudah suami saya tinggal di perbukitan ini, dan sudah hampir tiga puluh menit saya menatap gundukan tanah yang diselimuti rumput hijau. Saya menatap wajahnya yang tersenyum dalam foto dan lily kesukaannya titipan dari mertua saya. Sedangkan saya meletakkan mawar pink kesukaan saya di samping sebuket lily. Seingat saya, ia selalu membawa pulang mawar pink. Jadi, saya akan tetap membawa bunga seperti ini kepada pusaranya, agar ia masih akan mengaingat saya.

“Terima kasih kamu sudah mengenalkan saya padanya,” kata saya sebelum meninggalkan pusara suami saya pada mantan suami saya yang juga berdiri di samping saya.

“Sejujurnya, saya juga baru mengenal dia beberapa jam sebelum saya mengenalkannya pada kamu. Ketika itu, dia meminta nomor ponsel kamu dan memohon ijin untuk mendekati kamu,” jawab mantan suami saya.

“Iya?” saya terkejut.

“Saya juga bertanya padanya, untuk apa meminta ijin pada saya. Dia menjawab karena saya adalah mantan suami kamu yang menurutnya masih mencintai kamu,”

“Apa kamu benar ketika itu kamu masih mencintai saya?”

“Sejujurnya iya. Tapi entah mengapa saya membiarkannya mendekati kamu, berharap dengan begitu, kamu akan tahu bahwa saya adalah satu-satunya laki-laki buat kamu. Dan kecewa sesaat setelah tahu ia berhasil membuat kamu jatuh padanya. Saya senang pada kenyataannya kamu bahagia,”

“Sekarang kamu masih mencintai saya?” Tanya saya lagi.

“Sejujurnya iya,”

Saya tersenyum kecil. “Saya mencintai suami saya,”

“Baiklah,” jawabnya sambil tersenyum. “Kita makan mi? Musim dingin begini paling enak makan mi,”

“Ayo makan mi,” kata saya kemudian.

Apa kamu cemburu saya makan mi dengan mantan suami saya? Cemburu lah, karena itu membuat saya senang. Dengar, jangan terlalu khawatir disana. Saya akan menjaga dan menyayangi ayah ibu kamu seperti kamu terhadap mereka. Saya akan meneruskan kegiatan sosial kamu agar mereka tidak kembali terlantar setelah kepergian kamu, tapi jangan paksa saya meneruskan profesi kamu sebagai pengacara. Kamu harus senang disana, maka saya akan senang juga. I love u, darl.

Wah, saya lupa satu hal. Katakan pada saya ketika kita bertemu lagi nanti. Kapan pertama kali kita bertemu? saya benar-benar tidak bisa mengingatnya. saya akan selalu merindukan kamu.
*big hug

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)