bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Selasa, 27 September 2011

hanya kisah saya 12

Ini ujian SPMB pertama. 30 menit menuju jam 8 pagi, Saya dan beberapa rekan disuruh masuk ke ruang ujian. Waktu itu, saya ujian di gedung fisiks FMIPA lantai 1, tepat di bawah tangga besi berputar (itu ruang kelas berapa ya?).

Karena lagi males nulis, saya persingkat saja ...
:D

setelah 3/4 waktu ujian berlalu, seorang dosen pengawas berjilbab n berkacamata tebal berkeliling kelas, hingga tiba kepada saya. Dia berdiri disamping saya dan mengamati kertas ujian saya. Tiba-tiba ...

"kok dikit amat ngerjainnya? Soalnya susah2 ya?! Yang lain penuh..." suara lantang beliau di tengah kesunyian ujian membuat petir tiba-tiba datang.


Semua orang memandang saya, menoleh ke arah saya, sambil senyum. Saya menggerutu berkali-kali dengan dosen pengawas itu. Dikit emang dikit, tapi jangan dipublikasikan, dong, bu! Saya memang gak pinter, tapi jangan dipublikasikan, dong, bu!

Saya diam menunduk, lalu setelah ibu pengawas ke calon mahasiswa lain, saya menoleh ke kertas anak2 lain. Ternyata mereka penuh semua. Kanan, kiri, sebelahnya kanan, sebelahnya kiri. Waaaah, mereka bisa, kenapa saya tidak bisa? Akhirnya saya kembali mengotak-atik soal lagi dengan lebih giat.

Musik patah hati terdengar,"jreng jreng jreng". Tetep gak bisa. Cuma segitu yang yang saya bisa. Saya hanya memandangi kertas ujian saya.

Akhirnya saya putuskan pasrah saja. Biarlah orang berkata apa, aaaaaa. Manusia tiada yang sempurna, aaaaaaa. Kuterima kau apa adanya...

Menit2 selanjutnya saya bosan dan tidak berniat menyentuh soal lagi. Punggung yang tadinya kaku saya sandarkan pada kursi, dan mulai mengajak mata berkeliling melihat rekan2 seperjuangan. Dari depan, sampai belakang. Eits, mata saya berhenti pada rekan yang ada di belakang saya (tidak tepat, tapi serong ke kanan). Dia tampak melirik kertas jawaban saya, lalu mengisi di lembar jawabannya. Lalu melihat kertas jawaban saya, lalu kembali mengisi kertas jawabannya. Dia tidak menyadari tatapan saya. Saya membalikkan kertas jawaban, dan pada akhirnya kami bertatap mata. Dia nyengir lalu pura-pura ikut berkeliling mata. Huh! Dasar!

Pengumuman satu bulan kemudian. Saya bernazar...

Horeeee!! Saya lulus. Dari 60 calon mahasiswa di ruangan itu, 4 orang lulus. 2 orang di deretan depan, saya di deretan tengah, dan satu orang lagi, dia masuk jurusan penjaskes. Saya liat nomornya, tidak jauh dari saya, saya hitung sesuai bangku, akhirnya saya meyakinkan diri, anak yang kemarin asik sedang menyontek saya, lulus. Huuuuuuuu

saya cek ulang pengumuman itu, benar-benar hanya empat orang. Calon mahasiswa yang duduk di sebelah kanan kiri saya (waktu itu jawabannya penuh) tidak lulus.
Hemmm, rasanya ingin berteriak bahagia kepada dosen pengawas itu. Saya memang bisa ngerjain soal sedikit, tapi saya lulus, bu! Saya lulus!

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)