bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Selasa, 29 November 2011

Apa yang kamu rasa jika ia mati dihadapanmu dan kamu tidak bisa melakukan apapun untuknya? --- tragis ---


Apa yang kamu rasa jika ia mati di hadapanmu dan kamu tidak bisa melakukan apapun untuknya? Di saat itu, kamu akan merasakan betapa kecil cintamu untuknya ketimbang cintanya untukmu ...

***

"kenapa tiba-tiba ingin belajar berenang?" tanyanya pada saya ketika tengah istirahat di pinggir kolam renang. Saya hanya tersenyum sambil masuk ke dalam kolam renang lalu mengajaknya untuk melanjutkan latihan berenang ini.


Saya mengenalnya pertama kali di sebuah klub renang dekat kampus. Saya mahasiswa tingkat pertama ketika itu. Dan dia alumni di kampus yang sama dengan saya. Lima tahun yang lalu ia mendapat gelar sarjananya. Betapa hebat dia, dia salah seorang pelatih renang di klub ini, disamping profesinya sebagai arsitek bangunan.

***

"karena saya suka lumba-lumba, saya ingin berenang dengannya," jawab saya pada akhirnya ketika tengah menatap aquarium besar dimana di dalamnya terdapat beberapa lumba-lumba yang tengah berenang-renang kesana-kemari.

"saya kaget ketika melihat kamu tadi disana," katanya sambil tersenyum.

"kamu melihatnya? Sangat iri?" tanya saya cepat.

"iri? Haha iya. Saya bahkan belum pernah melakukannya. Saya dikalahkan oleh seorang murid," jawabnya sambil menatap saya. Saya tertawa kecil kemudian.

"setelah itu apa? Kamu sudah memenuhi keinginanmu. Ingin jadi polisi pantai?" tanyanya pada saya. Saya hanya tersenyum sambil kembali melanjutkan perjalanan mengelilingi akuarium besar yang dijadikan tempat wisata ini.

Di taman akuarium itu kami bertemu kembali, setelah empat tahun tak bertemu. Ketika itu, dia sengaja menunggu saya selama 3 jam untuk menemui saya.

***

Saya melambai-lambaikan tangan saya kepadanya ketika melihatnya tengah berdiri di seberang jalan, menunggu lampu hijau bagi penyeberang jalan. Matanya agak dikernyitkan, lalu kemudian tersenyum ke arah saya, masih sambil mengantongkan kedua tangannya di kantong celana. Hari itu, saya melihatnya 100% seperti pegawai kantoran.

"Ada urusan apa di sekitar sini? Tempat kerja dan rumahmu jauh, kan?" tanyanya setelah menyeberang jalan dan menghampiri saya.

"Mencari sesuatu, dan sudah menemukannya," jawab saya sambil tersenyum lebar.

"Apa itu?" tanyanya.

"Ganti pertanyaannya dengan 'siapa itu' ! Ayo tanya lagi dengan pertanyaan itu," kata saya padanya.

"Mencari saya?" tanyanya agak kaget. Saya mengangguk cepat, berkali-kali, bersemangat sekali. Sedetik dia menatap mata saya, lalu tersenyum sangat lebar.

Sebut saja saya seorang yang spontan dan kekeh. Ketika saya tiba-tiba ingin memakan sesuatu, saya akan mencarinya langsung sampai mendapatkannya walau dengan susah payah. Ketika saya ingin berenang, saya akan mulai berenang hari itu juga. Jika saya ingin bertemu seseorang, saya akan berlari menghampirinya. Hari itu, alasan saya mencarinya untuk pertama kali karena saya menginginkannya.

***

"Saya benar-benar tidak dengan apa yang kita lakukan," katanya sambil kembali membuka gambar-gambar dasar laut yang baru saya tunjukkan padanya.

"karena kita begitu saling mencintai, kan?" jawab saya sambil menikmati gambar-gambar indah itu. Dia tersenyum sambil mencuri cium bibir saya. Saya mengalihkan pandangan saya dari gambar dasar laut ke arah matanya yang jernih.

"Kamu tahu kenapa kenapa kamu bisa jatuh cinta pada saya?" tanya saya tiba-tiba. Dia menggeleng. "Karena takdir," jawab saya.

"apalah," keluhnya cepat setelah mendengar jawaban saya. Saya tertawa kecil.

"kamu masuk klub selam juga?" tanyanya.

"seminggu yang lalu. Saya ingin menyelam di dasar laut ini," jawab saya.

Kesalahan ini tak bisa dihindari. Kami pun menyalahkan diri kami masing-masing. Seharusnya sejak pertemuan di akuarium itu ia memberitahu tentang status pernikahannya. Seharusnya saya ketika itu tidak mencarinya.

***

Ibu datang tiba-tiba ke aparteman saya. Kunjungan singkat, sambil membawa beberapa makanan buatannya sendiri. Hari ini ia ke kota untuk menghadiri pesta pernikahan anak temannya, jadi hanya bisa mampir sebentar mengantarkan makanan-makanan itu. Setelah ibu saya pulang, ia keluar dari dalam kamar dengan lemas.

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya saya ketika ia tengah sibuk memakai pakaian kerjanya.

"jangan pakai baju itu lagi. Saya sudah beli yang baru. Biar itu saya cuci dulu," kata saya.

"saya tidak pernah menyuruh kamu membeli itu dan mencuci baju saya," jawabnya agak ketus.

"Kamu kenapa?" tanya saya.

"Kenapa kita begini?" tanyanya tiba-tiba.

"Apa harus saya yang menjawabnya? Apa saya tahu jawabannya?" Saya balik bertanya.

"Sudahlah. Selama ini saya terus berpikir," seperti biasa, akhirnya ia yang menghentikannya setelah ia memulainya. Gejolak seperti ini sering terjadi antara kami selama ini.

"Kalau begitu jangan berpikir lagi. Saya juga sudah muak dengan semuanya," kata saya.

Tiba-tiba ia mengampiri saya lalu menampar pipi saya. "Muak? Apa kamu menganggap selama ini hanya main-main?" marahnya kemudian.

"Pulang saja sana. Kamu selalu punya tujuan pulang. Pada akhirnya kita akan sia-sia juga," kata saya lagi.

"Kita tidak akan bertemu lagi," katanya kesal sambil berjalan ke rak sepatu. Dengan tergesa-gesa ia memakainya.

"Kita jangan pernah bertemu lagi," kata saya sambil masuk ke dalam kamar.

Berkali-kali kami begini, karena kami selalu menyadari kesalahan yang terjadi. Tapi, berkali-kali pula kami tak bisa menolak perasaan rindu. Tapi hari itu adalah benar-benar akhir. Saya dengan rapatnya menyimpan rindu ini.

***

"Sepertinya kamu mau menyelam seharian hari ini," kata Rangga, salah satu teman menyelam satu klub. Saya mengangguk penuh semangat sambil tersenyum.

"Kenapa?" tanya Rangga tiba-tiba ketika tiba-tiba saya berhenti tersenyum. Saya menggeleng sambil memintanya meninggalkan saya menyiapkan perlengkapan saya.

Baru saja saya melihatnya melewati kami berjalan bersama ketua klub. Kami menjadi saling tidak mengenal walau berada dalam satu klub selam ini.

***

Saya mulai menelusuri dasar laut bersama beberapa anggota lain. Sebagian dari mereka di atas kapal yang kami sewa selama seminggu untuk mencapai tempat ini. Tempat yang kami sepakati bersama. Jauh di tengah laut, terdapat sebuah pulau kecil berdiameter 50 meter. Disekitarnya karang-karangnya sangat cantik dan alami. Ikan-ikan cantik tinggal disana. Bahkan beberapa diantaranya ikan langka. Kami menempuhnya selama satu hari satu malam perjalanan.

Tiba-tiba saja tubuh saya seperti dihantam benda besar. Saya terdorong beberapa meter ke belakang. Pandangan menjadi gelap seketika. Beberapa detik kemudian saya melihat kapal yang kami sewa sudah terbalik, mengapung-apung di permukaan. Belasan orang tampak sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing, menggapai permukaan untuk bertemu dengan para oksigen. Saya dengan cepat berenang menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanya saya cepat.

"Angin topan baru saja. Langit tiba-tiba hitam begitu," jawab Anggi, sambil berusaha mengapung di permukaan, mencoba tenang.

Kami semua menatap ke depan, dimana ombak besar tampak muncul dari kejauhan bersama deru angin dan ombak yang menakutkan. Tiba-tiba saya tubuh saya sekali lagi seperti dihantam benda besar dan berat. Terdorong lebih jauh dan lebih dahsyat dari sebelumnya.

Ketika itu, saya takut sekali akan mati. Apakah kami semua akan mati? Menurut perkiraan cuaca, akan baik-baik saja melakukan perjalanan dan penyelaman ini. Apa yang sedang terjadi?

***

Menurut ceritanya, ia mencari saya dan berhasil menggenggam tangan saya erat ketika angin kedua muncul mendorong kami. Tinggal kami berdua disini. Ia menemukan goa kecil di sebuah batu dasar laut. Sepertinya kami sudah ada di pinggir laut. Tinggal mencari jalan keluar untuk mencapai atas daratan.

Ketika saya tersadar, ia memeluk saya sambil menangis. Saya merasakan ketakutannya melihat saya mati. Dalam perjalanan sampai ke goa ini, rupanya kami berbagi oksigen pada sebuah tabung selam.

Tak lama kemudian, ia berhasil menemukan jalan keluar. Tepapi harus berenang menelusuri lorong goa yang tergenang air laut, lalu berenang naik. Membutuhkan waktu cukup lama mengingat lorong-lorong itu susah sekali dilewati. Pada akhirnya kami sama-sama bersikeras untuk hidup dan kembali pulang.

Dalam perjalanan susah itu, kami saling bergantian memakai oksigen, dan tak lama kemudian saling menyadari bahwa oksigen ini tidak cukup untuk berdua. Ia memaksa saya menggunakannya, dan ia sendiri akan berusaha sekuat tenaga menahan nafas untuk sampai ke permukaan.

Saya menangis sambil menangguk. Saya benar-benar tidak ingin mati atau melihatnya mati. Dia menyakinkan saya bahwa kami akan hidup dengan cara begini. Bersama, bergerak cepat.

Setelah oksigen itu habis, kami berhasil melewati lorong, tinggal berenang naik ke atas. Saya membuang tabung oksigen, lalu berenang cepat naik ke atas. Sedetik kemudian saya melihat bulatan matahari disana, saya tersenyum dan sekuat tenaga menggapainya. Tapi tiba-tiba ia melepaskan genggamannya. Saya menoleh ke arahnya. Ia tampak kesakitan dan kebingungan dengan nafasnya. Dia sudah tidak kuat. Jelas ia sudah tidak kuat. Tapi sebentar lagi. Sebentar lagi sampai di permukaan. Saya mendekat untuk menolongnya. Ia memberontak menolak permintaan saya. Nafas saya hampir habis kemudian, saya menangis sambil terus berusaha secepatnya naik ke atas.

Berhasil. Saya berhasil bernafas sekarang. Merasakan hangatnya sinar matahari. Dengan cepat saya menyelam lagi mencari sosoknya kemana-mana. Saya menemukannya terapung tenang di tengah ribuan air, diam sambil sesekali bergerak terbawa angin. Saya menangis disana, memandangnya dari kejauhan. Lalu saya kembali ke permukaan lagi, melanjutkan tangis saya.

Apa yang kamu rasa ketika ia mati di hadapanmu dan kamu tidak bisa melakukan apapun untuknya? Disaat itu, kamu akan merasakan betapa kecil cintamu untuknya ketimbang cintanya untukmu ...

(saya selamat dengan merayap mengikuti lingkaran dinding batu sebuah pulau)

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)