bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Selasa, 29 November 2011

Short Message Service : Will you let me go?


H-2
Saya melempar kertas-kertas HVS dengan kesal. Semuanya bertebaran mengotori hampir tiga perempat kamar kos saya yang terbilang kecil, hanya 3x4 meter luasnya. Saya menjatuhkan diri dengan cepat di atas ranjang kecil saya tanpa mempedulikan printer dan laptop yang masih menyala. Saya berniat membuatnya menyala hingga esok pagi.

***
Seseorang mengetuk pintu kamar saya dari luar sembari memanggil-manggil nama saya. Saya melihat jam waker di rak yang menempel dinding samping pintu, rupanya saya tertidur sudah hampir satu jam sejak kejadian kertas HVS itu. Saya bangkit untuk membuka pintu, masih dengan sempoyongan. Wajar saja saya tertidur, sudah 48 jam saya belum tidur.


“Syukurlah kamu tidak apa-apa,” kata Rama cepat setelah pintu terbuka. Dengan wajah kesal saya kembali berbaring di atas ranjang saya. “Sekarang jam 8 malam, pasti belum makan,” katanya kemudian sambil berjalan ke arah rak piring samping ranjang dan membuat gaduh dengan bunyi denting piring sendok. Sepertinya ia tengah menyiapkan makan untuk saya.

“Saya sedang tidak ingin melihat kamu. Pulanglah,” kata saya denga mata tertutup.

“Oh, belum di print? Bukannya tadi sore ditelepon udah tinggal di print? Kenapa? Kertasnya kurang?” Katanya lagi sambil meletakkan makan malam di atas ranjang, tepat di samping kepala saya. “Makan dulu, ya,”

“Pulanglah. Saya benar-benar tidak ingin melihat kamu!” Kata saya kemudian dengan suara agak meninggi,

“Kenapa?” Tanyanya dengan nada tidak bersalah. Mendengar itu, saya menjadi semakin kesal. “Sini saya yang print. Kamu makan saja,” Katanya kemudian sambil duduk di bangku kerja saya. Tapi tak lama kemudian, ia bergegas pergi meninggalkan kamar kos saya, tanpa berucap apa pun.

Saya tak peduli, saya kembali memejamkan mata. Satu jam kemudian, ada sms masuk di ponsel saya.

---saya tahu, maaf, sayang. saya salah beli kertas HVS. Toko alat tulis sudah tutup. Saya harus ke kota untuk mencarinya. Jangan tunggu saya, biar saya yang print. kamu istirahat saja. jangan lupa makan---Rama at 20:13



H-1

---bagaimana persentasinya?---Rama at 18:23

---sukses. makasih sayang---

---sudah makan?—Rama at 18:27

---belum---

---let’s meet at Ronue Cafe. we will celebrate today---Rama at 18:31

Setelah membaca sms terakhir Rama, saya mempercepat langkah saya menuju halte bus. Jam setengah tujuh malam, seperti biasa, saya baru keluar dari kantor saya. Tapi malam ini sebelum pulang ke kosan, saya hendak makan malam bersama pacar saya yang super baik.



Hari H
Saya membungkus rapi satu steel jas kerja untuk Rama ke dalam kado cantik dan bernuansa coklat muda, warna kesukaannya. Setelah selesai menempelkan sebuah pita di kertas kado, saya meletakkannya dengan hati-hati seolah barang pecah belah ke atas meja, lalu berniat membalas pesan terakhir Rama yang belum sempat saya balas.

---saya sudah makan. kamu?---

---me too. what are you doing?---Rama at 19:15

---baru selesai bungkus kado. what are you doing?---

---siapa yang ulang tahun?---Rama at 19:25

---kita---

---ya ampun! saya lupa acara kita besok. Saya mau naik gunung esok subuh.Lusa saya janji sudah turun­---Rama at 19: 28

---forget it---

Lalu saya mematikan ponsel saya dan menjatuhkan diri di atas ranjang. Beginilah kelakuan saya jika saya kesal, ranjang adalah obat paling mujarab walau hanya sekedar memejamkan mata. Sudah hampir delapan tahun bersama, Rama masih belum juga berubah. Hampir selalu lupa dengan janji yang dibuatnya. Hampir selalu begitu. dari sepuluh janji, mungkin hanya 3 yang berhasil ia tepati. Mungkin Rama punya penyakit dementia akut.

***
Seseorang mengetuk pintu kamar saya dari luar sembari memanggil-manggil nama saya. Saya melihat jam beker di rak yang menempel dinding samping pintu, rupanya saya tertidur sudah hampir setengah jam. Saya mendengar suara Rama di luar kamar dan ketukan pintu yang berulang-ulang.

“Pulanglah, saya tidak ingin melihat kamu!” Teriak saya tanpa bangkit dari ranjang.

“Maya! Lusa saya janji sudah turun. Lusa sama saja, kan?” Teriaknya dari luar.

“Pulanglah, jangan buat tetangga kos saya marah!” Teriak saya lagi.

“Saya tidak jadi naik!” Teriaknya tiba-tiba.

“I’m ok. Pulanglah. Kamu juga pasti sudah rindu setelah tiga tahun tidak naik gunung. Lusa saja kita bertemu,” kata saya akhirnya.

“Saya tidak jadi naik saja. Saya akan cari hari libur kerja lain,”

“Kamu tidak dengar, huh? Lusa saja kita bertemu, setelah kamu turun,”

“Kamu tidak buka pintu? Saya ingin melihat kamu,”

“Saya lelah, ingin tidur. Pulanglah,” kata saya masih dari atas ranjang.

“Ponselnya di aktifkan ya,” Pintanya kemudian.

“Besok akan saya aktifkan,”



H +1
Saya membuka mata ketika cahaya matahari yang masuk melalui jelosi jendela menusuk mata saya. Saya bangkit dari ranjang perlahan-lahan. Aneh. Seluruh badan saya terasa sangat pegal. Saya melihat jam waker dan betapa kaget melihat jarum menunjukkan pukul 9. karena hari ini libur nasional, kantor saya libur, jadi saya sengaja mematikan alarm waker untuk hari ini saja. Dengan lemas saya membuka gorden dan membuka jendela lebar-lebar, menikmati udara pinggir kota ini yang lebih padat dari pemukiman di tengah kota.

Saya berjalan untuk mengambil segelas air sambil mengaktifkan ponsel saya. Tak lama kemudian, setelah meneguk beberapa air putih, ponsel saya mendapat 5 sms masuk.

---don’t be mad. I know it’s all my fault---Rama at 19:35

---saya akan ke kosan kamu---Rama at 19:45

---tolong segera hubungi saya---Rama 20:33

---Setelah dapat sms saya, segera hubungi saya---Karang at 21:34

---Maya, saya dengar Rama kecelakaan. Apa itu benar?---Rasinta at 04:05

Saya segera menghubungi Karang, adik laki-laki Rama.



H +2
Malam itu motornya masuk ke laut. Motor berhasil ditemukan di dasar laut, tapi tubuhnya hingga saat ini masih belum ditemukan. Saya dan keluarganya sangat berharap kisah di sinetron ada dalam hidupnya, dimana Rama, disuatu tempat berhasil diselamatkan orang dan sekarang sedang hilang ingatan, sehingga belum bisa pulang. Saya berkali-kali mencoba menghubungi ponsel Rama. Berdering dan itu satu-satunya harapan saya dan keluarganya. Walau tak satupun panggilan dari saya atau siapapun dijawab olehnya.

---Kamu baik-baik saja? balas sms ini ---



H+3
---Kamu tidak bosan mendapat ratusan sms dari saya? balas sms ini atau setidaknya jawab panggilan saya---



H+4
---Kamu dimana? Kamu baik-baik saja?---

---sudah makan?--- Rama at 15:31

---kamu dimana? I’ll call you, accept pls---

Sudah panggilan ke dua puluh delapan sejak kemunculan sms terakhir dari Rama, tapi masih juga tidak dijawab.

---Kamu baik-baik saja?---

---Ya. I miss you--- Rama at 15:58

---Sayang! Jangan main-main ya!---

Lama tidak ada sms lagi, akhirnya saya menghubungi Karang. Selama ini kami saling memberi kabar tentang perkembangan keberadaan Rama yang sudah menghilang selama empat hari.

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)