**5**
![http://i.istockimg.com/file_thumbview_approve/184895/2/stock-photo-184895-paper-notebook.jpg](file:///C:/Users/lily/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
10 Desember 2010
Ia memberikan diary ini sudah
beberapa hari yang lalu. Saya akan memulai menulis di dalamnya hari ini.
Baiklah, apa yang akan saya tulis?
Oh ya, Seperti pasangan lainnya,
saya sudah pasti mengingat hari itu. Tahun 1999 begitu membahagiakan ketika
itu. Menurutnya ketika itu dia tidak sungguh-sungguh. Dan dengan tegas
mengatakan bahwa hari jadian kami adalah tahun 2001, 3 Desember.
Mengapa begitu?
Ah, saya tidak peduli tanggal dan
tahunnya, saya hanya peduli saat itu. Saya bahagia karena hari itu pada akhirnya
merupakan suatu akhir perjuangan saya membuat dia jatuh kepada saya. The Last.
Cinta mengeluarkan sebuah bau khas. Paksakan
saja cintamu sekuat tenaga, jika tidak tercium baunya, maka benar-benar tidak
akan berhasil. Kamu bisa diam saja, dan cinta akan datang dengan sendirinya
jika baumu berhasil sampai ke hidungnya dan dihantarkan oleh saraf-saraf menuju
otaknya.
--- THE LAST ---
Menjelang EBTANAS, aku hampir tidak
pernah melihat keenam preman berkumpul di halaman belakang sekolah. Semua
mendadak insaf. Sebenarnya semua anak kelas 3 bersikap seperti itu. Prakoso
juga menjadi jarang mengajakku ke tempat Elang berada. Tapi untuk urusan
menelepon ke rumahku, dia masih saja punya waktu.
Aku semakin sering mengintip Elang
di kelas dari balik jendela. Melihat wajahnya yang terlihat begitu serius
mengerjakan soal-soal pelatihan, membuatnya benar-benar tampak cerdas. Dan
selalu saja Prakoso yang membuyarkan pemandangan indah tentang Elang dengan
senyumnya yang sumringah sekali. Ketika itu, aku akan langsung melengos dan
pergi meninggalkan jendela kelas Elang.
EBTANAS berakhir, acara perpisahan
sekolah akhirnya datang. Acaranya dari pagi hari hingga menjelang sore di
sebuah aula utama sekolah. Berbagai kegiatan dan acara ditampilkan, dan
berbagai persembahan dari beberapa adik tingkat dan OSIS.
Aku tidak begitu menikmati semua
yang disuguhkan di atas panggung, mataku sibuk mengamati gerak-gerik Elang.
Sebentar lagi wajahnya benar-benar tidak akan aku temukan di sekolah ini. Hari
ini Elang tampak banyak tertawa, tampak ramah sekali, tidak hanya berkumpul
dengan kelima preman sekolah, tapi hampir seluruh siswa kelas 3.
Hah?
Elang menengok ke arahku. Elang saat ini sedang berjalan ke arahku. Aku harus
bagaimana? Aku harus bagaimana?
“Kamu kenapa, Sa?” Tanya Anang
ketika melihat aku yang mondar-mandir entah hendak kemana.
“Elang sedang berjalan kesini, kan?”
Tanyaku cepat.
“Kenapa, Sa? Ada yang hilang?” Tanya
Elang tiba-tiba sebelum aku mendapat jawaban dari Anang. Aku tersentak kaget
dan berhenti seketika. Aku menoleh ke arah Elang sambil menggeleng.
Elang tersenyum padaku.
Tuhan, Engkau lihat, kan? Elang
tersenyum padaku. Manis sekali. Bisa Engkau berhentikan waktu pada detik ini?
“Aku mau kuliah di Inggris,” kata
Elang kemudian. “Terima kasih untuk selama ini,”
“Hah? Terima kasih?”
Elang kembali tersenyum padaku.
Senyum
kedua.
“Aku mau kembali ke sana,” pamit
Elang tiba-tiba. “Oh ya, jangan lihat aku seperti tadi lagi, ya. Rasanya nggak nyaman,” kata Elang.
Aku mengangguk pelan. Setelah itu
Elang membalikkan badan dan berjalan kembali berkumpul dengan siswa kelas 3.
Aku terus mengamati cara berjalan Elang yang khas sekali.
Eh,
sebentar! Jadi kamu tahu kalau sedari tadi aku melihat kamu?
***
0 komentar:
Posting Komentar
silakan komentar disini... :)