bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Sabtu, 09 Juli 2011

P-sau-"cut in"

Sudah hampir setengah jam hujan turun begitu lebatnya. Sejauh ini seperti tidak ada tanda akan berhenti atau setidaknya menjadi hujan gerimis. Saya masih berdiri memandangi lahan parkir apartemen dari balik jubah hujan berwarna kuning. Saya memilih bersembunyi di balik sebuah pohon dekat lahan parkir menunggunya datang hingga selarut ini.

Saya yakin dia akan pulang ke tempat berteduh satu-satunya itu. Sebuah apartemen hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun di perusahaan ayah saya.

Sebuah mobil yang sangat saya kenal muncul dari kejauhan. Lampu mobil sempat membuat mata silau sejenak. Hanya saja suara mesin mobil terkalahkan oleh derasnya hujan malam ini. Sambil menunggu saya berkali-kali mengusap kucuran air yang menhalangi pandangan mata saya.


Tak lama kemudian ia muncul dari dalam mobil. Ia berlari masuk ke pintu utama aparteman berusaha menghindar hujan semampunya.

Setelah ia masuk, saya berjalan keluar dari persembunyian dan dengan geram mendekat mobilnya.

Setelah sampai, saya mengangkat pisau yang sedari tadi ada di genggaman saya ikut bersembunyi dari balik jas hujan. Setelah itu saya memahat huruf demi huruf di beberapa badan mobil hingga bertuliskan sebuah kalimat. 'kembalikan anak saya atau kamu mati'.

"yoo ri! Kamu ngapain?" suara seseorang mengagetkan saya. Saya menoleh ke arah suara. Dia tampak berdiri di bawah payung berwarna pelangi bersama dengan seorang bocah berumur empat tahun.

"mana anak saya!" teriak saya sambil terbatuk di tengah kalimat lalu tertawa tiba-tiba.

"cut!"

Hujan berhenti tiba-tiba dan ia tampak ikut tertawa bersama saya.

"maaf. Tadi saya tersedak," kata saya kemudian sambil menatap gerombolan orang-orang yang berdiri di balik sebuah kamera.

"bisa kita mulai lagi?" teriak sutradara pada saya. Saya hanya mengangkat ibu jari saya ke atas.

"oke. Hujan mulai. Kamera siap. Action !"

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)