bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Sabtu, 09 Juli 2011

P-sau-"oenni (cici)"

Hanya rumput-rumput liar dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menyambut tiap langkah kaki. Kerikil tak ada, pohon tak ada. Semakin tinggi, angin semakin kencang menerpa rambut, wajah, tangan, dan seluruh raga ini. Saya hanya mengikuti langkah kaki menuju puncak, ke pusara cici.

Sudah bertahun-tahun lupa kepada cici disana. Mungkin sudah rindu ia, karena adik bungsunya yang ini tak kunjung datang sekedar menyapa. Cici, saya datang bawa kabar gembira untuk cici.


Lima tahun lalu saya kubur cici di puncak sana, agar lebih dekat dengan dewa dan dengan jarak yang lebih dekat cici bisa membantu saya merayu dewa di langit untuk membantu saya mencari laki-laki itu dan merayu dewa agar memaafkan saya. Cici sudah berhasil merayu mereka, kan? Saya sudah bertemu dengan dia, beberapa jam yang lalu. Inilah kabar yang akan saya sampaikan pada cici, dan akan kita rayakan setibanya di puncak. Kita akan minum banyak arak di pusara cici.

Setibanya di hadapan gundukan tanah besar yang ditumbuhi rerumputan kecoklatan, saya menyusun buah, botol arak. Tak lupa dua gelas plastik dan sebuah pisau kotor berlumuran zat berwarna merah pekat. Saya menuangkan arak ke kedua gelas, hendak bersulang.

Cici, pertama saya berucap maaf dulu karena datang dengan seperti ini. Saya lupa pakai alas kaki tadi, dan tolong jangan risaukan luka-luka di telapak kaki saya. Saya masih memakai piyama untuk tidur semalam, jangan hiraukan itu. Rambut saya acak-acakan dan lupa gosok gigi. Tolong jangan hiraukan itu juga. Oh, satu lagi, jangan hiraukan pisau penuh darah itu. Sebentar lagi akan saya buang.

Cici, ucapkan selamat pada saya dan sampaikan maaf saya pada dewa. Cici sudah menjadi dekat setelah bertahun-tahun disini, kan? Cici, saya sudah menemukan laki-laki biadap itu. Saya menusukkan pisau berkali-kali ke badannya. Dia mati di kamarnya setelah lelah berteriak. Apa ketika dewa menjemputnya, cici bersama dewa untuk menyaksikan arwahnya hilang dari dalam tubuh?

Cici, saya susah payah mencari laki-laki itu, teman cici di universitas tempat cici dulu kuliah dan bertemu dengannya. Sekarang cici boleh tenang karena pemerkosa itu sudah mati. Mati.

Cici, mari bersulang sekali saja, lalu segera menghadap dewa untuk memohonkan ampun pada dewa kita. Ayo ci, bersulang !!

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)