bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Senin, 07 Juni 2010

catatan harian lily 6

Sejak hari itu, saya suka menyebut perjalanan pagi saya menuju kampus hijau --satu-satunya universitas negeri di kota saya-- sebagai “perjalanan mengejar matahari”. Perpaduan kata itu begitu penuh makna menurut saya sekaligus sebagai salah satu alasan saya untuk berada dalam lingkaran kata “semangat” yang bisa membangkitkan rasa saya. Rasa untuk terus bergerak seperti yang alam ajarkan kepada saya.


“Perjalanan mengejar matahari” muncul ketika saat itu --baru tersadar setelah dua tahun lebih menjalaninya-- memandang sinar matahari pagi dan cerahnya langit dari sisi lain, entah sisi apa namanya, yang saya tahu dan saya rasa adalah suatu sisi yang sangat jauh dari kesuraman dan abu-abu.


“Perjalanan mengejar matahari” muncul seharusnya karena kampus saya berada sejauh 1 jam ke arah timur dari rumah saya --saya juga menyebutnya sebagai jalan alam--, dimana ketika pagi saya berangkat ke kampus, saya seperti sedang berjalan ke arah dimana matahari baru terbit. Berdasar kemampuan jarak pandang mata, matahari berada di langit bagian tepi. Seolah-olah perjalanan saya saat itu adalah perjalanan mendekati keberadaannya dan hendak menyentuh, atau sekedar bersalaman, yah, jika itu benar, saya ingin minta tanda tangan matahari untuk saya pamerkan kepada cucu-cucu saya bahwa saya pernah bertatap muka dengan matahari, sang penerang bumi. (hahaha… menghayal sejenak).


Saat itu saya bersorak dalam hati “Saya Mengejar Matahari. Ini adalah perjalanan mengejar matahari!!”


“Perjalanan mengejar matahari”, begitu bermakna bagi saya. Karena saya memfilosofinya sendiri, filosofi orang awam yang hanya mengandalkan hati. dimana matahari adalah cahaya yang saya anggap sebagai sisi kebaikan. Setiap hari saya memang harus melakukan perjalanan ini, perjalanan mengejar kebaikan.


Matahari itu bersinar, menerang bumi. Perjalanan saya setiap hari adalah memandang para insan sebagai penerang, dimana setiap yang tercipta di bumi adalah penerang bagi lainnya, tidak satu pun terkecuali. Sehingga saya harus mengejar, untuk menyapa, dan merasakan terangnya. Agar tak ada yang malu dan bahkan menyadari bahwa masing-masing bersinar dan saya pun mendapat kehangatan.


Matahari itu harapan. Lalu saya harus mengejar harapan --saya samakan sebagai doa”, bahkan untuk harapan yang sangat sederhana dan sekecil atom (a=tidak, tomos = dibagi). Harapan yang memberi energi dalam jumlah yang sangat besar dalam pergerakan organ-organ dan pergerakan hati saya.


Matahari adalah mimpi. Sesuatu yang sebenarnya besar, tapi terlihat kecil karena jarak jauhnya. Lalu saya hendak mengejarnya, agar terlihat tidak sekecil yang saya lihat sekarang, bahkan mungkin saya bawa pulang, hehehe….


Matahari adalah keajaiban. Keajaiban maha karya Tuhan. Keajaiban yang perlu saya syukuri tiap kesediaan kemunculannya di pagi hari. Sungguh tak bisa terbayang jika saya lupa bersyukur, lalu ia sehari tak ingin menampakkan diri di pagi hari (atau saya tak akan diberi kesempatan lagi menyaksikan kehadirannya?)


Matahari adalah saya. Sama-sama tercipta untuk bergerak, melakukan perjalanan. Layaknya perjalanan saya, matahari pun berjalan dari Timur ke Barat. Layaknya pergerakan, tidak melulu ia di tepi langit, kadang di langit atas tepat di kepala penghuni bumi. Tidak hanya muncul, tapi juga akan tenggelam. Perjalanan saya mengejar diri saya sendiri, jauh ke dalam. Untuk memahami.


Sore itu, jumat, 23 April2010. Saya melakukan perjalanan pulang dari kampus, ke rumah saya, ke arah barat. Lalu saya bersorak dalam hati “SAYA MELAKUKAN PERJALANAN MENGEJAR MATAHARI !!! HARI INI, DUA KALI DALAM SEHARI”


Sore itu, saya pun menyadari, perjalanan mengejar matahari tidak terpaku pada pagi hari, pada permulaan. Saya pun bisa melakukan perjalanan mengejar matahari ketika menjelang menutup hari. Atau ketika mulai gelap.


Sabtu, 24 April 2010

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)