bergeraklah...!!!!

Sesungguhnya alam mengajarkan bahwa kita tak akan pernah bisa berhenti. Meski kita berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak kita mengelilingi matahari.


Air yang tak bergerak lebih cepat usuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih berdebu. Hanya perkakas yang tidak digunakan yang lebih gampang berkarat.


Alam telah mengajarkan ini. jangan berhenti berkarya, atau kita segera menjadi tua dan tak berguna.


.

.

.

Senin, 07 Juni 2010

catatan harian lily

Sore itu, sehabis sembahyang di masjid kampus, seperti biasa, saya menyiapkan beberapa lembar uang untuk ongkos dan hendak menyimpannya di saku rok, dimana bisa dengan mudah saya ambil ketimbang harus menggeledah isi tas ketika turun dari angkot nanti. Dan yang paling penting, lebih safety.


Terkejutnya saya ketika itu. Dompet saya tak berisi. satu perak pun (lebay dikit laaaah pake kata seperak). Hanya 1 lembar KTM, 1 lembar kartu ATM, 1 lembar kartu golongan darah, dan segepok foto saya (pas foto) ukuran 4x6 dan 2x3. Seandainya mereka mau di bayar dengan foto-foto saya, tak akan terkejut saya. :D


Lalu saya memutuskan untuk mengambil uang di ATM tak jauh dari kampus. Untung saja kartu ATM tidak saya tinggal seperti biasanya. Legaaa…. masalah selesai. Saya bergegas menuju ATM karena hari sudah mulai sore sekali.


Sesampainya di ATM, saya dikejutkan dengan tulisan “SEDANG RUSAK” dari kertas dan ditulis dengan ketikan komputer pada kotak bertuliskan pecahan uang “50.000”. Huuaaa… kotak lembaran seratus ribu? saya ongkos 2000 dengan lembaran seratus ribu? Jelas tidak ada kembaliannya. Sambil tetap menarik uang itu dengan terpaksa, otak saya berputar keras. Berpikir untuk mendapatkan uang kecil di tangan saya.


Ahaaa…!!!! sambil tersenyum saya mengambil handphone dan mulai mengetik sms.


‘Bli, di kosan ada motor, gak?’


balesan sms :

‘Ada. Kenapa?’


‘mau minta tolong, bli,he8…’


balesan sms :

‘minta tolong apa?’


‘adek mu ini gak punya ongkos pulang, mau pinjem 10ribu aja. ada? besok lily ganti,he8’


balesan sms lumayan lama :

‘aduh, gak ada motor. kesini aja ambil uang,’


‘lily di XXX (nama bank). Jauh lah jalan kesana. tolong bli, cari motor,’


balesan sms lumayan lama :

‘Oh, ini yang punya motor udah pulang. Tunggu disana,’


Saya tersenyum setelah membaca sms itu. Karena tak percaya, saya call nomor Bli saya yang super baik itu.


“serius, bli?” Tanya saya tak percaya.


“Iya. ni lagi mau berangkat kesana,” kata suara diseberang.


“motor siapa?” Tanya saya lagi.


“motor anak kos,” jawabnya.


“makasih, ya, bli, maaf ngerepotin,” kata saya dengan pelan. lalu call terputus.


Lumayan lama kemudian, sosok bermotor merah hitam muncul. Ia menghampiri saya sembari menghampiri saya. Senyumnya penuh ejek.


“Kok bisa, sih, Li?” Tanyanya setelah tepat di depan saya.


“Ya bisa. Namanya lupa,” jawab saya sekenanya sambil menyodorkan telapak tangan saya yang terlentang dengan malu-malu, hendak meminta uang.


“Mau dianterin sampe pramuka sekalian, gak?” Tawarnya tiba-tiba.


“Beneran?” Tanya saya sumringah sekali. Bli saya memang benar-benar baik.


“Mau, gak?” Tawarnya lagi dengan nada seolah ini adalah tawaran terakhir.


Saya mengangguk dengan semangat sambil bergegas naik di jok belakang. Siap berangkat tanpa helm. Haaaaaaaa………..


Beberapa menit kemudian, sampai di pramuka, tepat di belakang bus jurusan Talang Padang. Saya bergegas turun dari motor dan menghadap Bli Gusti.


“Makasih, ya, bli,” kata saya kemudian, sambil menyodorkan telapak tangan saya yang terbuka sekali lagi dengan malu-malu.


Sambil tersenyum, Bli Gusti mengambil dompet dari kantong celana belakang, membukanya, dan mengeluarkan lembaran 20.000 lalu menyerahkannya pada saya.


“Gak ada 10 ribu, bli?” Tanya saya.


“Cuma ada ini,” jawabnya.


“Nanti malem bisa makan, gak, kalo uangnya lily pinjem?” Tanya saya kemudian.


“kamu ini kaya apa aja. Gampang itu mah,” jawabnya.


“Maap, ya, bli, ngerepotin, makasih pinjeman n anterannya, heheeee…” kataku kemudian.


“Iya,” jawabnya.


“Lily naik, ya, hati-hati di jalan, bli.. Makasih, ya…” pamit saya sambil berjalan ke pintu bus.


“OH, MATRE JUGA CEWEK INI. UDAH DI ANTERIN, MINTA UANG JUGA,” tiba-tiba seorang laki-laki berumur, yang sangat tidak asing bagi saya berteriak sekencang-kencangnya sebelum saya sempat menaiki bus. Dia salah satu calo bus di pramuka.


sakiiiiiiittttt….

ingin rasanya membela diri dengan menceritakan dengan teriak-teriak pula kepadanya tentang apa yang terjadi. Atau memplester mulutnya. Atau dengan perasaan emosi, menampar pipinya. Tapi, buat apa? Bagi saya dia hanya sosok “RESE”. Menanggapi perkataannya sangat tidak penting. Biarlah. Hanya saya, Bli Gusti yang super baik, dan Tuhan yang tahu.


2009


kisah di atas saya lupa bulan apa tepatnya, bahkan kata-kata di sms dan pembicaraan kami tidak tepat seperti itu (lupa, harap maklum, yang jelas, intinya adalah seperti itu). Yang jelas lagi, disini saya bercerita untuk menceritakan betapa baiknya Bli Gusti saya.


Kebaikannya menginspirasi saya.

Terima kasih.

Kisah ini mungkin akan selalu berbekas di benak dan hati saya. Kisah klasik untuk masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar disini... :)